Jangan anggap enteng masalah ini.
Memilih sepeda, khususnya sepeda gunung/MTB bukan hal sepele. Begitu
memasuki toko sepeda ada beragam pilihan yang membingungkan. Tanpa
pengetahuan memadai tentang sepeda bisa-bisa kita membeli sepeda yang
tidak sesuai dengan fungsinya. Bagi yang berkantong tebal, salah membeli
sepeda tentu bukan problem serius. Tapi bagi mereka yang harus menabung
sedikit demi sedikit untuk membeli sepeda, salah memilih adalah perkara
besar.
Jangan sekali-kali membeli sepeda
hanya karena senang pada bentuknya, tapi prioritaskan pada fungsi sepeda
dan kebutuhan kita. Tentukan dulu penggunaannya untuk apa. Jangan
sampai salah setting. Misalnya, ingin bike to work dengan jarak rumah ke
kantor 40 km tapi yang dibeli sepeda BMX, atau mau ke gunung tapi yang
dibeli city bike. Lebih sempit lagi, dalam dunia MTB misalnya, sepeda cross country dipakai untuk downhill, atau sepeda downhilldipakai dirtjump. Ada kasus frame cross country patah karena dipaksa bermain downhill.
BELI JADI ATAU MERAKIT?
Sepeda gunung bisa dibeli dalam bentuk sepeda jadi (
full-bike) maupun rakitan yang komponennya kita tentukan sendiri. Sebagai pemula mana yang harus dipilih?
Pilihan pertama, membeli
full-bike, berarti tinggal datang
ke toko, pilih, bayar dan langsung pakai. Mudah sekali. Jika Anda tak
mau repot, atau bersepeda bagi anda sekadar untuk berolah-raga dan
sarana transportasi alternatif, maka membeli sepeda
full-bike sangat cocok. Namun membeli
full-bike juga
membuat sepeda kita kurang memiliki nilai personal, karena pasti tidak
sedikit orang lain yang memiliki sepeda sama dengan kita.
Pilihan kedua, sepeda rakitan. Ada yang betul-betul merakit sendiri
dari A - Z, tapi ada pula yang dirakitkan oleh toko namun komponennya
pilihan sendiri. Persis seperti membeli komputer rakitan. Membangun
sepeda sendiri jelas lebih merepotkan. Tapi kelebihannya, sepeda rakitan
memiliki nilai kepuasan tersendiri bagi pemiliknya karena speknya
sesuai dengan keinginan dan pas dengan gaya pribadi. Faktor yang harus
diperhatikan dalam merakit adalah kita harus faham kecocokan dari
masing-masing komponen. Membeli sepeda secara rakitan karenanya kurang
disarankan bagi pemula. Para pemula yang ingin merakit sepeda sendiri
sangat disarankan mengajak pesepeda yang lebih senior agar tidak salah
memilih komponen.
Untuk masalah kualitas, sebetulnya sama saja antara beli jadi dengan
rakitan. Tetapi untuk masalah harga, dengan tingkat komponen setara,
biasanya sepeda
full-bike lebih murah. Kenapa? Karena sepeda
full-bike diproduksi
secara masal, sehingga bisa menekan biaya produksi. Kecuali bila kita
merakit sepeda dengan memakai frame bajakan (generik), maka harga sepeda
rakitan menjadi lebih murah. Yang dimaksud frame bajakan adalah frame
sepeda gunung dengan merk terkenal (misalnya Specialized, Schwinn, Kona,
dll.) tapi sebenarnya bukan buatan pabrik tersebut. Frame bajakan atau
populer dengan istilah generik ini datang dari Taiwan, negeri produsen
sepeda terbesar di dunia. Harga frame bajakan bisa 1/5 frame aslinya.
HARDTAIL ATAU FULL-SUSPENSION?
Sepeda gunung ada yang dilengkapi suspensi depan saja (
hardtail), ada juga yang sekaligus memiliki suspensi depan dan belakang (
dual supension/
full suspension) atau populer dengan istilah fulsus. Jika kita baru memulai hobi ini, mana yang harus dipilih?
Ketika menanyakan hal ini biasanya para pemula akan disarankan memulai dengan
hardtail.
Alasannya antara lain agar para pemula terlebih dulu membiasakan diri
dengan sepeda yang lebih ringan, efisien dalam mengayuh, mudah dalam
pengendalian dan sederhana dalam perawatan. Setelah jam terbang dengan
hardtail cukup banyak, barulah dapat beralih ke fulsus.
Saran ini sekarang mungkin sudah kurang relevan lagi, meskipun juga
tidak salah. Mengapa? Karena, saat ini telah banyak sepeda fulsus yang
memiliki performa dan efisiensi mendekati
hardtail. Terutama
pada sepeda 'kelas atas'. Jadi, bila bujetnya memang sudah tersedia,
tidak ada salahnya langsung mencoba fulsus. Begitu pula bagi orang-orang
yang baru memulai bersepeda di usia 30-an ke atas, memilih fulsus akan
membuat bersepeda menjadi lebih nyaman.
Tentunya, yang dipilih bukan fulsus 'asal jadi' dengan efek
bobbing besar
(biasanya produk Cina atau produk lokal dengan harga di bawah 2 juta),
karena justru akan menyengsarakan dan jangan-jangan malah akan membuat
kapok bersepeda. Efek
bobbing adalah rantai mengendor dan
mengencang akibat gerakan suspensi belakang, membuat kayuhan menjadi
berat dan energi kita terbuang percuma. Ciri khas fulsus seperti ini
adalah framenya terbuat dari besi, sistem suspensi belakangnya single
pivot, dan
drivetrainnya 18 speed.
Tetapi satu hal yang pasti, untuk pemula yang baru pertama kali membeli MTB, belilah sepeda
cross country terlebih dahulu. Baik
hardtail maupun fulsus. Jangan membeli sepeda
freeride, apalagi
downhill.
TENTUKAN DULU ANGGARAN BELANJA SEPEDA ANDA
Agar tidak salah dalam menentukan pilihan,
sebaiknya tentukan dulu berapa bujet belanja sepeda anda, baru kemudian
cari sepeda yang sesuai dengan anggaran kita itu. Jika bujetnya cuma 800
ribu rupiah, carilah sepeda seharga itu. Jangan mudah tergiur dan
kebablasan membeli sepeda di atas bujet yang disiapkan. Yang di rumah
bisa mencak-mencak karena jatah bulanan berkurang.
Namun, jika Anda sudah membulatkan niat untuk menerjuni hobi ini,
sebaiknya jangan membeli sepeda yang harganya di bawah 1,5 jt.
Ketika Anda sudah mulai mengenal dunia sepeda, biasanya muncul keinginan
untuk
upgrade, meningkatkan spek sepeda. Jika harga sepeda
yang dibeli pertama kali di bawah 1,5 juta rupiah, akan sulit untuk
mengupgradenya. Karena biasanya framenya masih terbuat dari besi dengan
gir 18 atau 21 speed. Jika sulit diupgrade, tentu saja pilihannya adalah
membeli baru. Itu berarti budget yang makin membengkak.
Memang, semakin mahal harga sebuah sepeda semakin baik pula
kualitasnya. Pepatah 'harga tidak akan menipu' dan 'ada harga ada rupa'
berlaku dalam membeli sepeda. Namun memiliki sepeda murah tidak berarti
pemiliknya hina, memiliki sepeda mahal juga tidak menandakan pemiliknya
mulia. Ini hanya masalah seberapa tebal kantong anda.
Sama seperti membeli handphone. Bagi yang gajinya 1,5 juta perbulan,
handphone seharga 350 ribu sudah mencukupi. Tapi bagi yang
penghasilannya 10 juta sebulan tentunya tidak. Membeli sepeda bisa juga
dianalogikan dengan membeli mobil. Mobil mulai dari harga belasan juta
hingga miliaran rupiah tersedia. Sepeda pun, dari yang berharga 500
ribuan hingga puluhan juta rupiah ada.
Daripada mempersoalkan gengsi, lebih penting bagi anda yang kurang
beruntung secara finansial untuk membuktikan bahwa meski dengan sepeda
murah tapi anda lebih jago di tanjakan, lebih piawai di medan
offroad, dan lebih kuat
endurance-nya. Sambil, tentu saja, sisihkan sebagian penghasilan anda agar ke depannya dapat meng
upgrade sepeda anda atau membeli sepeda yang lebih sesuai dengan keinginan.
BAGAIMANA HARGANYA?
Sepeda gunung bisa dibeli mulai dari harga satu
jutaan hingga puluhan juta rupiah. Kualitas bahan, fitur dan desainnya
lah yang membedakan. Sepeda gunung seharga 1 jutaan framenya masih
terbuat dari besi dan hanya memiliki variasi gir 18 atau 21 speed,
sedangkan yang puluhan juta berbahan serat karbon, bahan yang sama
dengan pesawat terbang dan sudah 27 speed. Bagi kebanyakan orang, frame
berbahan aluminium sudah mencukupi.
Sekadar saran, seperti sudah ditulis di atas, jika bujet Anda
mencukupi, jangan membeli sepeda gunung dengan harga di bawah 2 juta
rupiah. Untuk pemula yang sekadar ingin
bicycling for fun,
sepeda seharga 2 - 3 juta rupiah dengan frame aluminium dan drivetrain
24 speed sudah sangat mencukupi. Jika Anda tertarik bersepeda di jalur
offroad pegunungan, lebih bijak kalau Anda menyiapkan budget minimal 5
juta rupiah. Bukan untuk gengsi, tapi demi kenyamanan dan keselamatan
saat kita berada di alam terbuka. Harga tersebut adalah untuk
meningkatkan drivetrain menjadi 27 speed, yang berfungsi agar kayuhan
menjadi lebih efisien. Namun, bagi yang sudah kecanduan berat sepeda,
sepeda seharga 10 juta rupiah pun masih dirasa kurang.
Berhati-hatilah terhadap virus upgrade, karena tiap pehobi sepeda
pasti mengalami hal ini. Kendalikan hawa nafsu upgrade sesuai dengan
kebutuhan dan anggaran, jangan terlalu memaksakan diri karena gengsi
memakai sepeda
entry level. Jangan sampai kita hanya fokus pada aktivitas mempercantik fisik sepeda (
fashion bike)
tapi melupakan aktivitas bersepedanya sendiri. Meskipun secara ekonomi
kita mampu, buat apa membeli sepeda belasan juta rupiah jika hanya
dipakai keliling monas di hari Minggu. Bagi seorang muslim, ini bisa
menjadi jalan untuk bermujahadah mengendalikan hawa nafsu
upgrade.
KLASIFIKASI SEPEDA GUNUNG BERDASARKAN FUNGSI
Sebelum
membeli sepeda, kita harus tahu pembagian sepeda gunung berdasarkan
fungsinya. Setidaknya ada 5 jenis sepeda gunung jika dikelompokkan
berdasar fungsinya, yaitu:
a. Cross country (XC)
Dirancang
untuk lintas alam ringan hingga sedang. Didesain agar efisien dan
optimal pada saat mengayuh dan menanjak di jalan aspal hingga jalan
tanah pedesaan. Sangat disarankan bagi pemula yang ingin memulai bermain
MTB.
b. All mountain (AM)
Dirancang untuk
lintas alam berat seperti naik turun bukit, masuk hutan, melintasi medan
berbatu, dan menjelajah medan offroad jarak jauh. Keunggulan all
mountain ada pada ketahanan dan kenyamanannya untuk dikendarai. Namun
kurang efisien dipakai pada medan tanjakan yang panjang dan curam.
Hampir semua sepeda AM bertipe full-suspension.
c. Freeride (FR)
Dirancang
untuk mampu bertahan menghadapi drop off (lompatan) tinggi dan kondisi
ekstrim sejenisnya. Bodinya kuat namun tidak secepat dan selincah all
mountain karena bobotnya yang lebih berat. Kurang cocok untuk dipakai
jarak jauh dan sangat tidak cocok untuk tanjakan.
d. Downhill (DH)
Dirancang
agar dapat melaju cepat, aman dan nyaman dalam menuruni bukit dan
gunung. Mampu menikung dengan stabil pada kecepatan tinggi dan selalu
dilengkapi suspensi belakang untuk meredam benturan yang sering terjadi.
Sepeda DH tidak mengutamakan kenyaman mengayuh karena hanya dipakai
untuk turun gunung. Sepeda downhill juga lebih mengacu pada lomba,
sehingga yang menjadi titik tekan dalam perancangannya adalah bagaimana
agar kuat namun dapat melaju dengan cepat. Untuk menuju ke lokasi, para
downhiller tidak mengayuh sepeda mereka namun diangkut dengan mobil.
Tidak efisien dipergunakan di dalam kota maupun di jalur cross country.
e. Dirtjump (DJ)
Nama lainnya adalah
trial atau
urban MTB. Sepeda
jenis ini awalnya didesain untuk anak muda perkotaan yang menggunakan
sepeda gunung selain sebagai alat transportasi, ngebut di jalanan kota,
juga digunakan untuk melakukan atraksi lompatan tinggi dan ekstrim.
Fungsinya mirip BMX namun dengan bentuk yang diperbesar.


Jangan anggap enteng masalah ini.
Memilih sepeda, khususnya sepeda gunung/MTB bukan hal sepele. Begitu
memasuki toko sepeda ada beragam pilihan yang membingungkan. Tanpa
pengetahuan memadai tentang sepeda bisa-bisa kita membeli sepeda yang
tidak sesuai dengan fungsinya. Bagi yang berkantong tebal, salah membeli
sepeda tentu bukan problem serius. Tapi bagi mereka yang harus menabung
sedikit demi sedikit untuk membeli sepeda, salah memilih adalah perkara
besar.
Jangan sekali-kali membeli sepeda
hanya karena senang pada bentuknya, tapi prioritaskan pada fungsi sepeda
dan kebutuhan kita. Tentukan dulu penggunaannya untuk apa. Jangan
sampai salah setting. Misalnya, ingin bike to work dengan jarak rumah ke
kantor 40 km tapi yang dibeli sepeda BMX, atau mau ke gunung tapi yang
dibeli city bike. Lebih sempit lagi, dalam dunia MTB misalnya, sepeda cross country dipakai untuk downhill, atau sepeda downhilldipakai dirtjump. Ada kasus frame cross country patah karena dipaksa bermain downhill.
BELI JADI ATAU MERAKIT?
Sepeda gunung bisa dibeli dalam bentuk sepeda jadi (
full-bike) maupun rakitan yang komponennya kita tentukan sendiri. Sebagai pemula mana yang harus dipilih?
Pilihan pertama, membeli
full-bike, berarti tinggal datang
ke toko, pilih, bayar dan langsung pakai. Mudah sekali. Jika Anda tak
mau repot, atau bersepeda bagi anda sekadar untuk berolah-raga dan
sarana transportasi alternatif, maka membeli sepeda
full-bike sangat cocok. Namun membeli
full-bike juga
membuat sepeda kita kurang memiliki nilai personal, karena pasti tidak
sedikit orang lain yang memiliki sepeda sama dengan kita.
Pilihan kedua, sepeda rakitan. Ada yang betul-betul merakit sendiri
dari A - Z, tapi ada pula yang dirakitkan oleh toko namun komponennya
pilihan sendiri. Persis seperti membeli komputer rakitan. Membangun
sepeda sendiri jelas lebih merepotkan. Tapi kelebihannya, sepeda rakitan
memiliki nilai kepuasan tersendiri bagi pemiliknya karena speknya
sesuai dengan keinginan dan pas dengan gaya pribadi. Faktor yang harus
diperhatikan dalam merakit adalah kita harus faham kecocokan dari
masing-masing komponen. Membeli sepeda secara rakitan karenanya kurang
disarankan bagi pemula. Para pemula yang ingin merakit sepeda sendiri
sangat disarankan mengajak pesepeda yang lebih senior agar tidak salah
memilih komponen.
Untuk masalah kualitas, sebetulnya sama saja antara beli jadi dengan
rakitan. Tetapi untuk masalah harga, dengan tingkat komponen setara,
biasanya sepeda
full-bike lebih murah. Kenapa? Karena sepeda
full-bike diproduksi
secara masal, sehingga bisa menekan biaya produksi. Kecuali bila kita
merakit sepeda dengan memakai frame bajakan (generik), maka harga sepeda
rakitan menjadi lebih murah. Yang dimaksud frame bajakan adalah frame
sepeda gunung dengan merk terkenal (misalnya Specialized, Schwinn, Kona,
dll.) tapi sebenarnya bukan buatan pabrik tersebut. Frame bajakan atau
populer dengan istilah generik ini datang dari Taiwan, negeri produsen
sepeda terbesar di dunia. Harga frame bajakan bisa 1/5 frame aslinya.
HARDTAIL ATAU FULL-SUSPENSION?
Sepeda gunung ada yang dilengkapi suspensi depan saja (
hardtail), ada juga yang sekaligus memiliki suspensi depan dan belakang (
dual supension/
full suspension) atau populer dengan istilah fulsus. Jika kita baru memulai hobi ini, mana yang harus dipilih?
Ketika menanyakan hal ini biasanya para pemula akan disarankan memulai dengan
hardtail.
Alasannya antara lain agar para pemula terlebih dulu membiasakan diri
dengan sepeda yang lebih ringan, efisien dalam mengayuh, mudah dalam
pengendalian dan sederhana dalam perawatan. Setelah jam terbang dengan
hardtail cukup banyak, barulah dapat beralih ke fulsus.
Saran ini sekarang mungkin sudah kurang relevan lagi, meskipun juga
tidak salah. Mengapa? Karena, saat ini telah banyak sepeda fulsus yang
memiliki performa dan efisiensi mendekati
hardtail. Terutama
pada sepeda 'kelas atas'. Jadi, bila bujetnya memang sudah tersedia,
tidak ada salahnya langsung mencoba fulsus. Begitu pula bagi orang-orang
yang baru memulai bersepeda di usia 30-an ke atas, memilih fulsus akan
membuat bersepeda menjadi lebih nyaman.
Tentunya, yang dipilih bukan fulsus 'asal jadi' dengan efek
bobbing besar
(biasanya produk Cina atau produk lokal dengan harga di bawah 2 juta),
karena justru akan menyengsarakan dan jangan-jangan malah akan membuat
kapok bersepeda. Efek
bobbing adalah rantai mengendor dan
mengencang akibat gerakan suspensi belakang, membuat kayuhan menjadi
berat dan energi kita terbuang percuma. Ciri khas fulsus seperti ini
adalah framenya terbuat dari besi, sistem suspensi belakangnya single
pivot, dan
drivetrainnya 18 speed.
Tetapi satu hal yang pasti, untuk pemula yang baru pertama kali membeli MTB, belilah sepeda
cross country terlebih dahulu. Baik
hardtail maupun fulsus. Jangan membeli sepeda
freeride, apalagi
downhill.
TENTUKAN DULU ANGGARAN BELANJA SEPEDA ANDA
Agar tidak salah dalam menentukan pilihan,
sebaiknya tentukan dulu berapa bujet belanja sepeda anda, baru kemudian
cari sepeda yang sesuai dengan anggaran kita itu. Jika bujetnya cuma 800
ribu rupiah, carilah sepeda seharga itu. Jangan mudah tergiur dan
kebablasan membeli sepeda di atas bujet yang disiapkan. Yang di rumah
bisa mencak-mencak karena jatah bulanan berkurang.
Namun, jika Anda sudah membulatkan niat untuk menerjuni hobi ini,
sebaiknya jangan membeli sepeda yang harganya di bawah 1,5 jt.
Ketika Anda sudah mulai mengenal dunia sepeda, biasanya muncul keinginan
untuk
upgrade, meningkatkan spek sepeda. Jika harga sepeda
yang dibeli pertama kali di bawah 1,5 juta rupiah, akan sulit untuk
mengupgradenya. Karena biasanya framenya masih terbuat dari besi dengan
gir 18 atau 21 speed. Jika sulit diupgrade, tentu saja pilihannya adalah
membeli baru. Itu berarti budget yang makin membengkak.
Memang, semakin mahal harga sebuah sepeda semakin baik pula
kualitasnya. Pepatah 'harga tidak akan menipu' dan 'ada harga ada rupa'
berlaku dalam membeli sepeda. Namun memiliki sepeda murah tidak berarti
pemiliknya hina, memiliki sepeda mahal juga tidak menandakan pemiliknya
mulia. Ini hanya masalah seberapa tebal kantong anda.
Sama seperti membeli handphone. Bagi yang gajinya 1,5 juta perbulan,
handphone seharga 350 ribu sudah mencukupi. Tapi bagi yang
penghasilannya 10 juta sebulan tentunya tidak. Membeli sepeda bisa juga
dianalogikan dengan membeli mobil. Mobil mulai dari harga belasan juta
hingga miliaran rupiah tersedia. Sepeda pun, dari yang berharga 500
ribuan hingga puluhan juta rupiah ada.
Daripada mempersoalkan gengsi, lebih penting bagi anda yang kurang
beruntung secara finansial untuk membuktikan bahwa meski dengan sepeda
murah tapi anda lebih jago di tanjakan, lebih piawai di medan
offroad, dan lebih kuat
endurance-nya. Sambil, tentu saja, sisihkan sebagian penghasilan anda agar ke depannya dapat meng
upgrade sepeda anda atau membeli sepeda yang lebih sesuai dengan keinginan.
BAGAIMANA HARGANYA?
Sepeda gunung bisa dibeli mulai dari harga satu
jutaan hingga puluhan juta rupiah. Kualitas bahan, fitur dan desainnya
lah yang membedakan. Sepeda gunung seharga 1 jutaan framenya masih
terbuat dari besi dan hanya memiliki variasi gir 18 atau 21 speed,
sedangkan yang puluhan juta berbahan serat karbon, bahan yang sama
dengan pesawat terbang dan sudah 27 speed. Bagi kebanyakan orang, frame
berbahan aluminium sudah mencukupi.
Sekadar saran, seperti sudah ditulis di atas, jika bujet Anda
mencukupi, jangan membeli sepeda gunung dengan harga di bawah 2 juta
rupiah. Untuk pemula yang sekadar ingin
bicycling for fun,
sepeda seharga 2 - 3 juta rupiah dengan frame aluminium dan drivetrain
24 speed sudah sangat mencukupi. Jika Anda tertarik bersepeda di jalur
offroad pegunungan, lebih bijak kalau Anda menyiapkan budget minimal 5
juta rupiah. Bukan untuk gengsi, tapi demi kenyamanan dan keselamatan
saat kita berada di alam terbuka. Harga tersebut adalah untuk
meningkatkan drivetrain menjadi 27 speed, yang berfungsi agar kayuhan
menjadi lebih efisien. Namun, bagi yang sudah kecanduan berat sepeda,
sepeda seharga 10 juta rupiah pun masih dirasa kurang.
Berhati-hatilah terhadap virus upgrade, karena tiap pehobi sepeda
pasti mengalami hal ini. Kendalikan hawa nafsu upgrade sesuai dengan
kebutuhan dan anggaran, jangan terlalu memaksakan diri karena gengsi
memakai sepeda
entry level. Jangan sampai kita hanya fokus pada aktivitas mempercantik fisik sepeda (
fashion bike)
tapi melupakan aktivitas bersepedanya sendiri. Meskipun secara ekonomi
kita mampu, buat apa membeli sepeda belasan juta rupiah jika hanya
dipakai keliling monas di hari Minggu. Bagi seorang muslim, ini bisa
menjadi jalan untuk bermujahadah mengendalikan hawa nafsu
upgrade.
KLASIFIKASI SEPEDA GUNUNG BERDASARKAN FUNGSI
Sebelum
membeli sepeda, kita harus tahu pembagian sepeda gunung berdasarkan
fungsinya. Setidaknya ada 5 jenis sepeda gunung jika dikelompokkan
berdasar fungsinya, yaitu:
a. Cross country (XC)
Dirancang
untuk lintas alam ringan hingga sedang. Didesain agar efisien dan
optimal pada saat mengayuh dan menanjak di jalan aspal hingga jalan
tanah pedesaan. Sangat disarankan bagi pemula yang ingin memulai bermain
MTB.
b. All mountain (AM)
Dirancang untuk
lintas alam berat seperti naik turun bukit, masuk hutan, melintasi medan
berbatu, dan menjelajah medan offroad jarak jauh. Keunggulan all
mountain ada pada ketahanan dan kenyamanannya untuk dikendarai. Namun
kurang efisien dipakai pada medan tanjakan yang panjang dan curam.
Hampir semua sepeda AM bertipe full-suspension.
c. Freeride (FR)
Dirancang
untuk mampu bertahan menghadapi drop off (lompatan) tinggi dan kondisi
ekstrim sejenisnya. Bodinya kuat namun tidak secepat dan selincah all
mountain karena bobotnya yang lebih berat. Kurang cocok untuk dipakai
jarak jauh dan sangat tidak cocok untuk tanjakan.
d. Downhill (DH)
Dirancang
agar dapat melaju cepat, aman dan nyaman dalam menuruni bukit dan
gunung. Mampu menikung dengan stabil pada kecepatan tinggi dan selalu
dilengkapi suspensi belakang untuk meredam benturan yang sering terjadi.
Sepeda DH tidak mengutamakan kenyaman mengayuh karena hanya dipakai
untuk turun gunung. Sepeda downhill juga lebih mengacu pada lomba,
sehingga yang menjadi titik tekan dalam perancangannya adalah bagaimana
agar kuat namun dapat melaju dengan cepat. Untuk menuju ke lokasi, para
downhiller tidak mengayuh sepeda mereka namun diangkut dengan mobil.
Tidak efisien dipergunakan di dalam kota maupun di jalur cross country.
e. Dirtjump (DJ)
Nama lainnya adalah
trial atau
urban MTB. Sepeda
jenis ini awalnya didesain untuk anak muda perkotaan yang menggunakan
sepeda gunung selain sebagai alat transportasi, ngebut di jalanan kota,
juga digunakan untuk melakukan atraksi lompatan tinggi dan ekstrim.
Fungsinya mirip BMX namun dengan bentuk yang diperbesar.